Wednesday, December 22, 2010

Gowes TRA 18/12/10 with my son

















Sunday, November 28, 2010

Laughing Haura

Posted by Picasa

Tuesday, March 07, 2006

Adenium


Ni.... Adenium gw yg unik... bonggolnya spt orang sedang duduk bersimpuh.... tapi masih kurus..

Kisah Djie......

Sebut saja namaku Djie.. dan aku masih ingat ketika seorang ibu mendandaniku sehingga tampak sangat cantik sekali.

Kisah sedihku ini dimulai ketika seorang dengan wajah seram datang ke tempatku dengan mulut bau minuman, dan dengan suara serak meminta dengan paksa supaya aku ikut dengannya. Kulihat dia menyelipkan uang ke tangan ibu yang menjagaku sambil menyeringai memperlihatkan deretan gigi yang hitam menjijikkan.

Tapi apa dayaku sehingga akupun terpaksa ikut dengannya meski entah apa yang terjadi pada dir iku ini. Aku memang lemah dan tak punya kekuatan untuk menolaknya

Dibawanya aku pergi sehingga tak seberapa lama kudengar dari kejauhan suara cekikikan wanita-wanita.

Semakin dekat dengan tempat itu, aku melihat ada 4 orang laki-laki ditemani wanita-wanitanya sambil minum-minum. Ahhh minuman keras lagi..?

Orang yang membawaku masuk dalam kumpulan orang-orang itu ternyata adalah temannya, sambil memandangi diri ku dengan penuh nafsu dan kelihatannya aku mau dimakan hidup-hidup. Tiba-tiba tangannya menyentuh diriku. Merabaku sehingga tak ada lagi di seluruh tubuhku yang tidak dijamahnya. Aku tak bisa berkata apa-apa. Dan sekali lagi aku memang lemah dan tak punya kekuatan tuk menolak tingkah laku orang ini.

Melihat apa yang dilakukannya pada diriku, keempat temannya ternyata tidak tinggal diam. Sambil teriak-teriak, "Bagi donk, bagi donk..!!!"

Aku pun mengalami perlakuan yang paling menyedihkan, yang akhirnya secara bergiliran mereka pun menjamahku dari ujung ke ujung dengan penuh kepuasan dan bukan itu saja yang mereka lakukan. Tapi tetap saja aku tidak berontak karena aku lemah dan tak punya kekuatan untuk menolaknya.

Aku begitu lemah, sehingga perlakuan keji mendatangiku berkali-kali hanya demi sebuah kepuasaan sesaat, dan hanya aku biarkan saja. Dan itu pun masih terjadi
sampai saat ini.

Note: pada saat orang itu memaksaku pergi, dia memanggil nama lengkapku, Djie Sam Soe isi 12 batang.

(peringatan: denda 50 juta kalo merokok di tempat umum lho...)

Friday, August 26, 2005

Harimau Jawa belum punah !?

Silakan percaya, Harimau Loreng koleksi kebun binatang, atau yang ada di sirkus, pasti dari sub species Harimau Sumatera. Silakan percaya pula, kalau Jawa sebenarnya punya jenis Harimau loreng. Nama kerennya Panthera tigris sondaica. Orang sekitar hutan biasa menyebut Macan Kembang Asem, Kyaine, Simbah, Gembong atau entah apapun namanya.

Perkara Harimau Jawa punah atau belum, ternyata bukan soal sepele. Selama ini antara “masyarakat ilmiah” dan masyarakat sekitar hutan terjadi silang pendapat. Para ahli menyatakan Harimau Jawa telah punah, menyusul saudara dekatnya, Harimau Bali (Panthera tigris balica). Dasarnya adalah berbagai penelitian yang dilakukan tidak pernah lagi menemukan sosok wujudnya.

Tahun 1974, penelitian Seidensticker dan Sujono di Taman Nasional Meru Betiri (TNMB), Jawa Timur memperkirakan Harimau Jawa tinggal 3 - 4 ekor. Berikutnya riset WWF di tempat yang sama tahun 1994, ternyata menunjukan hasil nihil. Kamera trap sistem injak yang dipasang tidak memotret satupun sosok Harimau Jawa. Celakanya, selama ini TNMB terlanjur ditetapkan menjadi habitat terakhir Harimau Jawa. Jadinya, kesimpulan punah menjadi tidak haram lagi. Pas benar, di habitat terakhir ternyata “tidak menemukan” Macan Loreng terakhir. Ujung-ujungnya, Desember 1996, CITES memutuskan vonis punah.

“Kecelakaan” lainnya terjadi ketika pemerintah melalui Dirjen Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam (PHPA) Departemen Kehutanan ikut-ikutan setuju atas klaim tersebut. Dalam buku Strategi Konservasi Harimau Sumatera halaman 4, jelas-jelas disebutkan Harimau Jawa punah. Belum lagi John Seidensticker, dalam buku terbarunya, Riding The Tiger, keluaran 1999, juga menjebloskan Macan Jawa pada label punah. Penelitian tentang Harimau Jawa berhenti, para pakar hidupan liar lantas tutup mata terhadap nasib harimau endemik Jawa itu.

Masalahnya jadi rumit ketika masyarakat tepi hutan justru yakin sebaliknya; Harimau Jawa masih ada. Masyarakat pinggiran hutan Gunung Slamet misalnya, menyatakan sering bertemu langsung saat pergi ke hutan. Kadang malah Macan Loreng itu yang dolan masuk ke perkampungan.

Masyarakat lereng barat Gunung Slamet, di Desa Krajan, Kecamatan Pekuncen, Kabupaten Brebes sering memergoki Macan Loreng turun ke desa. Bahkan minggu kemarin, satwa langka itu keluyuran ke dusun dan menggondol kambing milik warga. “Empat kambing milik mBok Kidem habis diambil tiap hari berturut-turut. Kandangnya dirusak, kambingnya dibunuh dan dibawa lari ke hutan,” ujar Mu’alim, perangkat desa Krajan. Mu’alim menolak kemungkinan warga salah lihat, antara Macan Tutul dan Harimau Loreng. “Warga di sekitar sini bisa membedakan antara Macan Kembang Asem dan Macan Tutul ataupun Kumbang. Kalau Kembang Asem bentuknya loreng dan ukurannya lebih besar dibanding Tutul atau Kumbang,” kata Mu’alim lagi.

“Pasti yang makan Macan Kembang Asem (istilah lokal untuk menyebut Harimau Jawa -her), karena beberapa hari sebelumnya banyak orang desa yang melihat. Warga juga niteni, macan besar itu pasti turun setiap bulan Maulud,” jelas Mu’alim yakin.

Didik Raharyono SSi, Koordinator Tim Pembela dan Pencari Fakta Harimau Jawa (TPPFHJ) sub divisi Pembelaan dan Pengkajian Lingkungan KAPPALA Indonesia mendukung pendapat masyarakat tentang Harimau Jawa, karena hutan di sekitar Gunung Slamet merupakan salah satu habitatnya. “Indikasi keberadaan Macan Loreng di Slamet sangat besar. Kami sudah melakukan pemantauan di hutan Slamet sejak setahun yang lalu,” ujar Didik.

Menurutnya, khusus untuk wilayah Krajan dan sekitarnya, TPPFHJ bersama Forum Dinamika Kepencintaalaman (FORDIK) Purwokerto sedang melakukan pemantauan bersama. Ditambahkan Didik, selama pemantauan di sekitar lokasi tim menemukan jejak yang berukuran besar, kotoran yang mengandung rambut satwa dan cakaran. “Jelas beda antara jejak Macan Tutul atau Kumbang dengan Macan Loreng. Kalau Loreng umumnya memiliki ukuran jejak lebih besar dibanding Tutul dan Kumbang. Kami saat ini sedang melakukan analisis rambut hasil temuan untuk memastikan satwa mangsa, tapi dari kenampakannya mirip rambut lutung,” jelas Didik yang peneliti hidupan liar lulusan Biologi UGM itu.

Menurutnya, hutan sekitar Krajan memang sangat potensial menjadi habitat Harimau Jawa, antara lain karena prey atau hewan mangsa masih sangat melimpah, seperti kijang, babi hutan, landak, trenggiling dan lutung. Vegetasi hutan juga masih mendukung, karena banyak tumbuhan tepus, ilalang, glagah, bambu, kaliandra, rotan, kenduru dan pakis.

Didik mengakui, temuan cakaran, jejak, rambut maupun kotoran Harimau Jawa menjadi data yang sangat berharga, karena untuk menemukan sosoknya langsung memang sulitnya bukan main. “Macan Loreng memiliki karakter sangat rapi saat menyembunyikan diri. Meski badannya tergolong besar, lebih besar dari Harimau Sumatera, tapi waktu berjalan tidak berisik,” ujar Didik menjelaskan.

Mu’alim setuju pendapat tersebut. “Orang tua saya malah pernah menemukan kijang sedang sekarat di hutan. Waktu nengok sambil teriak memanggil temannya, sekelabat kijang itu sudah hilang. Jadi sebenarnya Harimau Loreng sangat dekat sama bapak saya, tapi dia tidak tahu,” kisah Mu’alim.

Timbunan Tulang

Di Jogjakarta akhir Juni lalu, TPPFHJ juga menemukan jejak dan kotoran yang disinyalir milik Harimau Jawa. Temuan tersebut dikumpulkan ketika TPPFHJ melakukan pemantauan bersama petugas Jagawana UKSDA Kanwil Kehutanan DIY di wilayah Pundong, Bantul.

Menurut Didik, kondisi kawasan sekitar temuan masih memungkinkan menjadi habitat satwa langka tersebut karena banyaknya gua dan ketersediaan prey, misalnya musang, landak dan tikus. “Cuma, kondisi habitat di Bantul sangat berbeda dengan hutan Slamet. Di Bantul Harimau harus memiliki daya adaptasi yang sangat tinggi, karena hewan mangsa seperti kijang atau babi hutan tidak melimpah seperti di hutan Slamet. Buktinya, dari sampel kotoran kami temukan sisa-sisa remukan tulang satwa mangsa. Terus di lokasi tersebut kami juga menemukan timbunan tulang banyak sekali,” ujar Didik Raharyono.

“Gua-gua di sekitar dusun memang menjadi tempat istirahat Macan. Warga di sekitar sini juga pernah memergoki Macan Loreng tersebut,” kata Adi Winoto, Kepala Dusun di Pundong. Adi Winoto menambahkan, beberapa warga pernah memergoki Macan Loreng saat akan pergi ke ladang. Adi juga optimis, untuk ketemu harus menginap beberapa malam sambil membuat api unggun.

“Pernah ada seorang pertapa dari Imogiri tiba-tiba membatalkan niatnya karena didatangi Macan Loreng,” kata Adi lagi. Tempat-tempat itu memang jarang dijamah warga dusun, kecuali orang luar desa yang memang sengaja akan bertapa.

TPPFHJ tengah mengadakan kajian data-data temuan untuk menentukan prioritas pemantauan di lokasi-lokasi yang dianggap paling tepat. “Sekarang kami juga sedang mengupayakan pemotretan dengan kamera trap sistem inframerah. Kameranya pinjam ke Taman Nasional Meru Betiri. Pokoknya kami akan total riset untuk Macan Jawa, masak pelaporan masyarakat selalu diremehkan jika mengatakan masih menjumpai Macan Loreng,” ujar Didik semangat. Dari hasil pantauan TPPFHJ, beberapa tempat di Jogjakarta juga sering dikunjungi macan, misalnya di sekitar daerah Paliyan, Gunungkidul.

“Biarkan para pakar ngomong punah. Mereka toh bukan masyarakat lokal yang tinggal dekat hutan. Bukan masyarakat yang hidup dari hutan. Nah, tinggal kita percaya yang mana, masyarakat lokal atau para pakar?” ujar Didik saat ditanya tentang label punah atas Harimau Jawa.

Selama tiga tahun ini TPPFHJ melakukan studi dan pemantauan Harimau Jawa dari berbagai tempat, seperti di Meru Betiri, Raung, Ijen, Penanggungan, Arjuno, Wilis, Muria, Blora, hutan Gunung Slamet, sampai Jogjakarta, di Bantul dan Gunungkidul. “Dalam pemantauan kami tidak pernah sendiri, tapi melibatkan jagawana, pencinta alam dan masyarakat tepi kawasan misalnya pemburu, pawang macan, dan pencari kayu. Cita-cita kami pusat study Harimau Jawa harus ada di Jogjakarta, karena berbagai sampel temuan yang mengindikasikan keberadaan Harimau Jawa saat ini kita koleksi di Kappala, untuk kita pelajari bekas aktivitasnya” kata Didik menjelaskan.

Source : javantiger.or.id

Macan Tutul "Supercat dari Jawa"

Sosok gelap itu berkelebat cepat. Tahu-tahu moncongnya yang bertaring panjang tajam, mulai menghunjam ke umpan daging rusa. Macan tutul betina dengan sepasang anaknya yang juga berbulu hitam polos (Panthera pardus) dari Gunung Pangrango di Jawa barat, sudah turun gunung dan meneror lagi hewan peliharaan di sekitarnya, termasuk kawanan rusa koleksi Taman Safari Indonesia (TSI) di Cisarua, di sekitar hari Lebaran lalu.
Trio "hitam" binatang buas itu, sepertinya cuma kesilauan dan agak terusik, apabila gerombolan manusia yang berjarak sekitar 35 m darinya banyak bicara, atau bising suara alat potret yang terus-terusan berbunyi ceklak-ceklik, sambil melontarkan kilatan sinar bertubi-tubi.

Sudah lima hari macan yang belum teridentifikasi itu bergentayangan sambil mendekat dan mendatangi kandang rusa penelitian. Sampai di malam takbiran (18/1) lalu, sudah lima ekor rusa dibunuh telengas sekali. Rata-rata tenggorokan atau lehernya koyak. Seekor rusa kecil malah perutnya terburai, gerowong tanpa isi lagi.
Staf TSI dengan "Trio TSI" - Jansen Manansang, Frans Manansang, dan Tony Sumampau - segera mengupayakan tindakan penyelamatan. Sebab kedatangan tak diundang satwa liar ini sudah menjadi langganan orang TSI. "Tahun 1997 kami sudah menjebak dua ekor macan tutul hitam, dan seekor tutul kuning-hitam. Ketiganya ada dalam kandang karantina. Beberapa tahun lalu, kami juga menerima sumbangan macan tangkapan masyarakat Jawa Barat. Macan itu kini sudah beranak. Jadi, TSI sudah memiliki lebih dari empat anakan macan tutul jawa hasil penangkaran di Cisarua," ujar Frans Manansang (50).

Kelompok "kucing besar" Pantherini :

"Koleksi" macan tutul di luar daerah penangkaran TSI, lama kelamaan akan merepotkan banyak orang. Tony Sumampau (48) menganggap harimau tutul daerah sekitar TSI - di kawasan Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango (TNGGP) Jawa Barat, kalau tak terdesak, pasti tak bakalan turun gunung. Kemungkinan besar, daerah konservasi alam TNGGP mulai terusik - entah akibat makin meluasnya lahan konservasi itu dibuka, atau adanya perambah hutan yang kurang bertanggung jawab.
Daerah TNGGP yang amat ideal menjadi habitat satwa liar bersama hidupan liar lainnya, sebetulnya harus menjadi benteng terakhir konservasi sumber daya alam. Namun, perkembangan daerah TNGGP yang bertetangga dengan kawasan pariwisata Bogor-Puncak-Cianjur dan Sukabumi, harus diakui makin lama makin sulit ditangani. "Konsekuensi logisnya, kadar kelestarian alamnya, ya, makin merosot juga," kata Tony.

Bukan harimau loreng

Dari pengalamannya mengelola TSI bersama dua saudaranya, sejak 1985 di Cisarua, Tony yakin harimau tutul itu turun gunung bukan karena mengincar koleksi rusa TSI, atau kambing dan anjing penduduk desa di kaki gunung. Sebab, selama masih banyak mangsa (prey) di habitatnya, harimau tutul sebagai pemangsa (predator) yang teritorial, pasti lebih suka hidup bebas tanpa gangguan di hutan sendiri.
Di Jawa harimau tutul ini hidup tidak berdampingan dengan satwa predator lainnya. "Kalau di Afrika dan India, macan tutul hidup dalam habitat berbarengan singa dan harimau loreng. Di Jawa, ya di Jawa, macan tutul ini di Indonesia hanya ada di Jawa, mereka hidup sebagai raja hutan. Binatang inilah predatornya babi hutan, muncak, monyet, burung, dan satwa liar lainnya," kata Tony yang berpengalaman studi perilaku satwa liar seperti harimau loreng, badak sumatra, dan lainnya.
Sejak membuka dan membangun kompleks TSI, Frans dan Tony sudah mendengar kalau daerah itu suka kedatangan macan. "Tapi penduduk bilangnya macan loreng. Kalau dikasih liat foto harimau loreng sumatra, mereka bilang, ya itu dia. Lama kelamaan, kami berikan informasi kalau harimau jawa jenis loreng atau Panthera tigris, mungkin sudah musnah di Jawa. Yang ada cuma macan tutul," kisah Tony.
Sejak awal 1990 Frans dan Tony sering mendapat laporan, TSI kedatangan macan tutul. Sekitar tiga tahun lalu, masuk laporan kalau di daerah Ciloto dekat TSI, ada orang melihat harimau tutul masuk kampung dan mengganggu kambing penduduk. TSI juga sempat menerima titipan macan tutul jawa hasil tangkapan dari Subang. Malah TSI pernah diminta mengirimkan tim untuk "mengamankan" macan tutul, karena katanya sudah masuk ke alun-alun Kota Keuwiling sekitar tiga tahun lalu.

Sanggup menggotong mangsa hingga ketinggian pohon 15 m.

Bersamaan dengan itu, TSI sudah kecolongan. Sekitar 10 ekor rusanya tewas terbunuh macan tutul. Dalam kesempatan lain, TSI pun berhasil menjebak tiga ekor macan tutul hidup. "Semuanya jantan. Kami manfaatkan sebagai pemacak bagi koleksi macan tutul betina TSI, untuk memperbaiki blood line," tutur Frans yang bermukim di pinggiran hutan TSI. "Saya rasa macan tutul ini belum berani menyerang manusia. Mudah-mudahan begitu seterusnya."
Dikhawatirkan, kalau makin terdesak dan makin sulit mencari mangsa, tak mustahil macan tutul ini menyerang manusia. Tony mengatakan, macan tutul membunuh manusia baru terjadi di India. Katanya, biasanya macan pembunuh itu sudah tua atau macan cacat dan pernah disakiti manusia, misalnya pernah tertembak atau terluka dalam penangkapan.

"Supercat" terkenal

Sebagai binatang buas, macan tutul yang disebut "kucing besar" ini memang segesit, sekuat, dan segalak kucing liar. Tamparan cakarnya, gerak sergapannya, gigitan taringnya, sungguh mengerikan. Di kehidupan liar, misalnya macan tutul afrika, diketahui berburu sendirian, kadang berpasangan kalau lagi musim kawin, atau rombongan induk beserta beberapa ekor anakan yang hampir dewasa.
Mangsanya biasanya disergap dari belakang atau samping. Macan ini tak mau ambil risiko berkelahi baru membunuh. Rata-rata mangsanya berupa rusa, babi hutan, monyet, anak kerbau atau sapi, kelinci atau lainnya - termasuk jenis unggas besar - mati karena gigitan maut di leher, tengkuk, atau tenggorokan. Dalam perburuannya, macan ini amat cerdik. Mangsa itu sepertinya dipelajari perilakunya, kemudian diincar dan disergap kontan sampai mati di tempat.
Korban dikoyak perutnya. Usus dan isi perut yang tak disukai, biasanya dibuang atau disingkirkan jauh. Kalau tak ada gangguan, korban yang masih segar langsung dimakan. Macan ini makan sambil duduk rebahan. Dia tidak "memegang" mangsanya atau memakai cakar untuk mengoyak. Sisa karkas mangsanya kemudian digondol jauh-jauh, atau diangkat ke daerah tinggi.

Di Resor Mala Mala, Afrika Selatan, pada 1991, seorang peneliti mengikuti macan tutul dewasa seberat sekitar 55 kg, setelah membunuh rusa impala besar, kemudian mengangkutnya sejauh 500 m, dan menggotongnya hingga ke dahan setinggi 15 m. Padahal impala itu beratnya sepantaran dengan si macan itu.
Juga seekor macan betina berat 32 kg, meski larinya tak secepat cheetah (Acinonyx jubatus), pernah kepergok lagi mengejar seekor kera baboon yang juga buas. Saat kera ini ketinggalan kelompoknya, lalu digebah macan itu agar menjauh dari kelompoknya. Kemudian monyet buas itu digiring, hingga berlari sendirian ke bukit bebatuan tandus. Di sana, baboon jantan ini kontan dibunuh dengan cerdiknya.
Macam tutul, kalau terpepet, mau juga bergerombol berburu kawanan monyet baboon yang berbahaya. Yang diincar biasanya kera kecil atau monyet tua bangka. Begitu kera ini lengah, lalu lari tak beraturan di luar kelompoknya, tahu-tahu dirinya disergap macan tutul lain yang sengaja bersembunyi dan menanti kedatangannya.
Daya juang, kegesitan, kecerdikan, dan kekuatannya yang mampu menggotong anak jerapah seberat 90 kg ke atas batang pohon setinggi 5 m, mengakibatkan beberapa peneliti menjulukinya "supercat" - si kucing perkasa.

Macan tutul hitam ini mengincar umpan daging rusa di TSI, Cisarua.
"Tadi kita lihat cara macan tutul memanjat pohon mendatangi umpan daging. Itu khas macan tutul. Pertama-tama anaknya di depan, setelah itu baru induknya. Kalau berburu, sang induk juga mengikuti dari belakang, namun dia yang akan menerkam duluan, mengingat dua anak macan itu umurnya baru sekitar tiga bulanan dan belum dewasa," ujar Tony yang tidak menyangka kalau macan tutul itu berbulu hitam polos. "Juga tak sangka kalau dia itu betina, komplet sama dua anaknya."
Penyebarannya paling luas
Macan tutul dalam beberapa literatur termasuk dalam kelompok "kucing besar" di dunia, bersama jaguar (Panthera onca), harimau (P. tigris), dan singa (P. leo). Keempat spesies pernah diuji coba, ternyata mampu kawin antarspesies asalkan dalam pengawasan dan pemeliharaan yang prima. Yang paling sering di-hibridize atau dikawinsilangkan itu singa dengan harimau. Macan tutul jantan juga pernah dikawinkan dengan singa betina. Sedangkan jaguar sejauh ini baru berhasil disilangkan dengan macan tutul saja.

Leopard alias macan tutul, panjangnya antara 90 - 150 cm dengan tinggi 60 - 95 cm. Bobot badannya 40 - 60 kg. Potongan badan satwa pemangsa ini memanjang, disangga keempat kakinya yang pendek dengan telapak lebar. Bulu macan ini umumnya berwarna dasar kuning pucat kecoklatan sampai kuning kemerahan, berikut tutul hitam besar kecil di sekujur tubuhnya. Bulu putih ada sedikit, biasanya di ujung ekornya yang panjang. Konon titik bulu putih itu berfungsi sebagai sinyal, agar anakan macan tutul mengikuti tutul putih itu saat menempuh perjalanan bersama induknya di semak belukar.

Dibandingkan dengan "sepupu" lainnya, harimau tutul ini ternyata tersebar paling luas di permukaan dunia. Makhluk seram ini pernah memukimi hutan belantara hampir seantero daratan Benua Afrika, kecuali Gurun Sahara. Mereka juga hidup di habitatnya di kawasan Asia Kecil, Afghanistan, Turkestan, Iran, India, Sri Langka, sebagian daratan Cina termasuk di Cina Utara (bekas daerah Manchuria), daerah Amur-Ussuri, serta Pulau Jawa.

Di zaman sekarang, kucing besar ini masih hidup meski terancam di habitat aslinya. Sejak belasan tahun lalu, pakar macan tutul dunia menganggap ada sekitar 24 subspesies harimau tutul di dunia. Macan tutul dari Amur (Panthera pardus oriental), Cina Utara (P.p. japonensis), India (P.p. fusca), Jawa (P.p. melas atau P.p. sondaica), Sri Lanka (P.p. kotiya), Nepal (P.p. pernigra), Kashmir (P.p. millardi), Baluchistan (P.p. sindica), Persia Tengah (P.p. dathei), Persia Utara (P.p. saxicolor), Kaukasia (P.p. ciscaucasia), Asia Kecil (P.p. tuliana), Sinai (P.p. jarvisi), Afrika Utara (P.p. pardus), Eritrea (P.p. antinorii), Afrika Timur (P.p. suahelica), Zanzibar (P.p. adersi), Afrika Tengah (P. p. shortridgei), Tanjung Afrika (P.p. melanotica), Uganda (P.p. chui), Afrika Barat (P.p. leopardus), dan Kongo (P.p. ituriensi).

Semua subspesies ini memiliki perbedaan warna dasar bulu, ada yang pucat kecoklatan sampai merah maron gelap. Selain itu beberapa jenis dianggap memiliki postur kecil, misalnya macan tutul zanzibar. Sedangkan harimau tutul paling besar, misalnya leopard asal Afrika Utara. Seorang peneliti pernah menimbang macan ini, bobotnya sampai 90 kg. Sedangkan panter paling panjang buntutnya, melebihi ukuran panjang tubuhnya itu, tentunya macan tutul asal Sri Lanka. Sedangkan leopard paling indah dan panjang bulunya, diperkirakan macan asal Persia Utara. Pola bulu tutul hitam paling besar, terdapat pada macan tutul dari Sinai.
Meski macan tutul hitam sejauh ini dinyatakan hanya ada di Jawa dan Benggala, kenyataannya ada saja kasus macan dari daerah lain juga bisa berbulu hitam polos, meski tak sebanyak di Indonesia dan India. Dari penelitian dan pengamatan yang ada, macan tutul berbulu dasar terang memang jarang sekali.
Beberapa laporan pernah menyebut adanya macan tutul berwarna kuning terang kemilau, atau kuning jernih kemerahan indah, seperti laporan dari India, Cina, dan Zanzibar. Termasuk juga harimau tutul albino atau putih, katanya pernah tertangkap di daerah itu.

Diurus sang jantan

Setelah menyaksikan sendiri kehadiran induk bersama sepasang anakan macan tutul hitam, Tony merasa lega. "Harimau itu artinya masih belum terganggu serius. Dia masih mampu beranak dan merawat anaknya. Di habitatnya, macan tutul memang beranak antara 2 - 6 ekor. Anak kecil ini ikut induknya sampai beberapa belas bulan, atau dua tahunan, kalau induknya tidak dikawini dan bunting lagi," katanya.
Macan tutul yang hidup dalam home range atau teritori sekitar 5 - 15 km2, memang binatang soliter. Macan jantan akan berkelana mencari pasangan dalam teritorinya masing-masing. Tiap daerah itu ditandai dengan cakaran di batang kayu, buang air kencing, dan kotoran beraknya.
Betina mengandung anaknya sekitar 110 hari. Sang jantan kadang kala masih suka merawat anaknya. Seorang ahli hidupan liar menganggap, sikap macan tutul jantan memang agak lain dengan jenis kucing besar lainnya. Tingkat mortalitas macan ini cukup tinggi. Anakan macan ini baru akan tumbuh semua giginya ketika berusia lima bulanan dengan badan hampir sepantar induknya. Macan ini masuk dewasa pada umur 3 - 4 tahun.

Orang TSI tak tahu berapa populasi macan tutul di Jawa ini. Tony menganggap nasib macan tutul tidak sebaik harimau loreng sumatra. "Macan tutul dianggap soal kecil. Satwa ini tak pernah diteliti seserius macan loreng. Saya rasa dalam waktu tak lama, macan tutul endemik Jawa ini akan terancam punah," katanya.
Lama atau cepat, macan tutul yang "supercat" bakalan tak lucu lagi nasibnya. Kini satwa itu masih mengancam rusa di TSI, atau kambing kampung di pedesaan Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Dalam hitungan beberapa puluh bulan lagi, ceritanya akan berubah lakon.

Macan tutul jawa itu bakalan mati konyol satu per satu, karena kepatuhan masyarakat terhadap aturan dan hukum makin tak jelas, kian kendur dan tak ragu-ragu main dor. Kalau kini beberapa orang masih membidik macan tutul liar dengan lensa kamera panjang, mungkin tak lama lagi akan ada orang dengan berani membidik black panther itu dengan senapan panjang. Dor!

Source: Indomedia.com

Friday, July 01, 2005

make dreams come true

awal kesuksesan diantaranya adalah MIMPI, kerja keras untuk mewujudkannya.
one thing of success is a dream, let the hardworks makes it happen.

hikayat iblis

Diriwayatkan dari Mu'adz bin Jabal r.a., dari Ibnu Abbas r.a. yang berkisah : Kami bersama Rasulullah SAW dirumah salah seorang sahabat Anshar,dimana saat itu kami ditengah-tengah jamaah. Lalu ada suara orang memanggil dari luar, "Wahai para penghuni rumah, apakah kalian mengizinkanku masuk, sementara kalian butuh kepadaku".

Rasulullah SAW bertanya kepada para jamaah, "Apakah kalian tahu, siapa yang memanggil dari luar itu ?". Mereka menjawab, "Tentu Alllah SWT dan Rasul-Nya lebih tahu".Lalu Rasulullah SAW menjelaskan, "ini adalah iblis yang terkutuk –semoga Allah senantiasa melaknatnya".Kemudian Umar r.a. meminta izin kepada Rasulullah sembari berkata, "YA Rasulullah, apakah engkau mengizinkanku untuk membunuhnya ?". Beliau Nabi SAW menjawab, "bersabarlah wahai Umar, apakah engkau tidak tahu bahwa ia termasuk mahluk yang tertunda kematiannya sampai batas waktu yang telah diketahui (hari Kiamat) ?. Akan tetapi sekarang silahkan kalian membukakan pintu untuknya. Sebab ia diperintahkan untuk datang kesini, maka pahamilah apa yang diucapkan dan dengarkan apa yang bakal ia ceritakan kepada kalian." ....................................................

klik disini utk melanjutkan.......

Wednesday, June 29, 2005

aku sangat ingin membunuhnya.

source: http://22blog.com/daunlontar/

tapi ternyata dia lebih cerdik dari dugaanku. dia selalu datang di kala aku lengah. sedikit saja aku terlena, dia langsung leluasa menjamah dan menggerilya. pipiku dia ciumi. pahaku dia rabai. semua bagian tubuhku dia gerayangi. aku jadi jengkel juga kesal.

apalagi jika aku terlelap karena kelelahan. dia akan datang dan tidak cuma sendiri tapi berombongan. mengajak teman, sodara atau mungkin kakak adiknya, berpesta menikmati tubuhku.
pipiku mereka ciumi. pahaku mereka rabai. semua bagian tubuhku mereka gerayangi. aku jadi semakin jengkel dan kesal.

berteriak pun percuma. mereka tuli, dan tidak perduli. meronta-ronta?.. ya, aku pernah mencobanya. tapi mereka seperti angin, dengan mudah menghindar dan melayang pergi bersembunyi. berjaga-jaga sepanjang malam menunggu memergoki dia datang?.. ah percuma. mereka juga punya ilmu ninja, bisa menghilang dalam kegelapan.

ya, aku sangat ingin membunuhnya.

ketika aku mengadu pada temanku. dia bilang, seharusnya aku lama kelamaan menjadi terbiasa. tapi nyatanya? tetap tidak bisa.

bahkan aku menjadi semakin ingin membunuhnya.

malam ini kubulatkan tekadku untuk membunuhnya. aku berpura-pura tidur, menutup mata padahal waspada. mereka mulai datang. satu, membisikkan mantra sirep megananda -ajian penidur, di kupingku. aku tidak paham bahasa mereka, sehingga yang kutangkap hanyalah bunyi hweng... hweng... hweng... aku bersandiwara. pura-pura terpengaruh mantra mereka.
datang lagi yang lainnya, langsung meraba bagian pahaku. aku jijik dibuatnya, kutahan rasa sakitku. kubuat dia terlena.

plak!!,

aku berbalik menyerangnya tiba-tiba. tergelepar dia. aku yakin dia mati, sebab ada percik darah di tanganku.
datang satu lagi, nekat mencium pipi. ah, aku muak jadinya. kubiarkan dia menciumiku sepuasnya. aku menahan kesalku. dan seperti yang pertama, aku mengejutkan dia, menyerang tiba-tiba.

plak!!,

tapi meleset, nggak kena. dia keburu kabur.

aku mengumpat, "mati kau nyamuk sialan!!"

yah, malam ini aku bertekad membunuh mereka.